PEKANBARU-Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemendikbud, Dadang Sunendar mengatakan bahwa praktik baik literasi perlu peran komunitas. Demikian dikatakan Dadang dalam acara Gerakan Literasi Nasional di Pekanbaru, Kamis, 12 Maret 2020.
Menurut Dadang, tanpa ada peran dari komunitas literasi di masyarakat, gerakan literasi tidak akan berjalan optimal. Acara Pratik Baik Literasi yang dikemas dalam Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang ditaja oleh Balai Bahasa Riau merupakan suatu upaya menghidupkan semangat berliterasi di kalangan komunitas dan penulis.
Acara dibuka oleh Kepala Balai Bahasa Riau, Drs. Songgo Siruah, M.Pd. Hadir dalam acara tersebut sebagai peserta komunitas Ikatakan Guru Indonesia (IGI), Forum Lingkar Pena Riau (FLP), Komunitas Paragraf, Rumah Sunting, Pena Terbang, dan para penulis. Sedangkan pembicara adalah Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemendikbud, Prof. Dr. Dadang Sunendar, penulis Riau Griven dan Jefri A Malay.
Meningkatkan literasi bangsa, menurut Dadang perlu dibingkai dalam sebuah gerakan nasional yang terintegrasi, tidak parsial, sendiri-sendiri, atau ditentukan oleh kelompok tertentu. “Gerakan literasi tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab semua pemangku kepentingan termasuk dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi sosial, pegiat literasi, orang tua, dan masyarakat,” katanya Dadang.

Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, dalam acara tersebut juga memberikan penghargaan kepada lima orang penulis Riau, yaitu Marlina, Boy Riza Utama, Wulan Citra Dewi, Yulismar, dan Nafi’ah al-Ma’rab (Sugiarti).
Wulan adalah penulis buku dan artikel kelahiran Pekanbaru. Wanita yang memiliki motto, “terus berkarya untuk menebar kebaikan (Islam) sebagai bekal hidup setelah kehidupan dunia” ini adalah pemenang sayembara literasi yang di adakan oleh Balai Bahasa Riau, pada 2019. Selain menulis buku cerita anak, Wulan juga menulis buku-buku inspirasi baik pribadi maupun antalogi. Karya-karyanya dalam bentuk buku; Sahabat Surga, Hijrah Berislam Kaffah, Hijrahmu Inspirasi Dunia, Ngaji Islam Kaffah, Hijrah dan Hijab, dan Kartini tanpa Konde. Sedangkan buku anak karya Wulan adalah Si beruk yang Ramah, dan Yuk, Bantu Bunda!.
Penulis yang diberi penghargaan dalam acara tersebut adalah Marlina. Marlina berprofesi sebagai Peneliti Sastra di Balai Bahasa Riau. Selain menulis tulisan-tulisan ilmiah yang diterbitkan di berbagai jurnal, ia juga menulis tulisan non ilmiah, seperti cerita anak dan cerita bergenre religi. Empat cerita anaknya memenangkan lomba menulis cerita anak yang diadakan oleh Badan Bahasa, yakni pada tahun 2016, 2017, dan 2018. Tiga tahun terakhir, ia mulai menulis novel bernuansa Islami. “Masih Adakah Surga Untukku”, “Arini Bias Rindu”, “Takdir Cinta Mayra”. Dua novelnya berhasil mendapatkan predikat best seller. “InsyaAllah novel keempat saya akan terbit dalam waktu dekat dengan judul “Hijrah Cinta Syahira”,” kata Marlina yang memiliki nama pena Naya R. Rls
Teks Foto
Marlina menerima penghargaan yang diserahkan oleh Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kemendikbud, Prof. Dr. Dadang Sunendar di Pekanbaru, Kamis (12/3).
Komentar