oleh

Rubrik Alinea Riau Pos Edisi 1 Januari 2023 – Ketika Suporter Sepak Bola Menyoal Nama Negara Dukungannya

KETIKA SUPORTER SEPAK BOLA

MENYOAL NAMA NEGARA DUKUNGANNYA

Saharul_Hariyono

Oleh: Saharul Hariyono

 

Ada pemandangan menarik tertuju kepada penonton gelaran Piala Dunia Qatar 2022 di AR+OTEL Yogyakarta. Di tengah jalannya fase 16 besar pertandingan antara Belanda melawan Amerika Serikat 6 Desember 2022, seorang pendukung tampak mempertanyakan kok Belanda jadi Netherlands, Amerika Serikat jadi United States pula? Pelik semakin riuh kala seorang lainnya menimpal dengan pertanyaan lanjutan, bagaimana nama kedua negara itu dalam bahasa Indonesia jauh berbeda dengan penyebutannya di bahasa Inggris? Ada pria paruh baya tepat duduk di samping mereka mecoba menjawab kedua pertanyaan itu, bahwa penyebutan nama-nama negara telah disesuaikan dengan lidah Indonesia, demikian pula negara lain. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tampak sebagian telah terjawab, namun belum kompleks.

Dari 32 peserta Piala Dunia Qatar 2022 yang terbagi dalam 8 grup—Belanda, Senegal, Ekuador, Qatar, Inggris, Amerika Serikat, Iran, Wales, Argentina, Polandia, Meksiko, Arab Saudi, Prancis, Australia, Tunisia, Denmark, Jepang, Spanyol, Jerman, Kosta Rika, Maroko, Kroasia, Belgia, Kanada, Brazil, Swiss, Kamerun, Serbia, Portugal, Korea Selatan, Uruguay, Ghana, membangkitkan gairah literatur untuk ditelisik lebih jauh. Tentu saja linguistik banyak berbicara dalam konteks ini.

 

Persoalan Kaidah Serapan

Bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa. Penyerapan tersebut terbagi dalam dua kategori. Pertama, unsur yang terserap tidak sepenuhnya, namun aturan secara lisan dan tulisan masih mengikuti orisinilnya. Peserta piala dunia yang tampak masuk kategori ini seperti Iran, Argentina, Australia, Tunisia, Denmark, Serbia, Uruguay, Ghana, Brazil, Wales, dan tentu saja tuan rumah Qatar. Aturan ini pada umumnya bisa ditemukan pula dalam unsur de facto, de jure. Kedua, unsur terserap sepenuhnya. Unsur serap diusahakan seperlunya berterima dengan bahasa Indonesia. Kaidah yang dimaksud bila disesuaikan dengan peserta piala dunia merujuk pada negara Kanada (Ing: Canada), Kosta Rika (Ing: Costa Rica), Kroasia (Ing: Croatia), Kamerun (Ing: Cameroon), Ekuador (Ing: Ecuador), Maroko (Ing: Morocco). Perubahan dalam tanda kurung berdasar pada kaidah “bila huruf c di depan a,u,o, dan kosonan menjadi k”, khusus untuk Maroko didasari “cc di depan o,u menjadi k”. Penyesuaian ditemukan pula pada Meksiko (Ing: Mexico) berdasar “x pada posisi lain menjadi ks”.

 

Persoalan Etimologi

Tampak beberapa negara lain penyebutannya dalam bahasa Indonesia sukar untuk dibawa pada persoalan kaidah serapan, untuk itu diperlukan penyelidikan asal-usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna. Menilik utas etimologi, dapat dirunut berikut ini:  pertama, Prancis (Ing: France) diserap dari bahasa Portugis “Francês”. Kedua, Inggris (Ing: England) diserap dari bahasa Portugis “Ingrês”. Ketiga, Jepang (Ing: Japan): nama dalam bahasa Jepangnya 日本 “Nihon/Nippon”. Namun, diserap dalam bahasa Tionghoa dialek Wu 日本“Zeppen”. Keempat, Spanyol (Ing: Spain) diserap dari bahasa Belanda “Spanje”. Kelima, Belgia (Ing: Belgium) diserap dari bahasa Belanda “België”. Keenam, Jerman (Ing: Germany) diserap dari bahasa Melayu serta diambil dari nama bahasa Inggris “German” yang berarti “orang Jerman”. Ketujuh, Polandia, (Ing: Poland) besar kemungkinan diserap dari bahasa Portugis “Polônia”.

Catatan lain untuk membahas sisanya—negara perlu pemahaman lebih. Negara-negara yang dimaksud adalah Belanda, Swiss, Amerika Serikat, Korea Selatan Arab Saudi, dan Portugal.

Kedelapan, Belanda (Ing: Netherlands) diserap dari bahasa Portugis “Holanda”. Selama berabad-abad orang di seluruh dunia juga menyebut Belanda dengan Holland. Padahal Holland merupakan nama salah satu provinsi di Belanda, konsep ini hampir sama dengan penyebutan Bali untuk mewakilkan Indonesia di mata dunia. Di Indonesia perkembangan “Holanda” bervariasi yang dapat dilihat dari manuskrip: Wolanda (Hikayat Tanah Hitu, 1650), Walanda (Warkah Sumatera Barat 1793-1795)—kata ini bisa ditemukan sampai sekarang dalam bahasa daerah Muna dan bahasa Sunda dialek Ciamis, Holanda (Cerita Bangka, 1861), serta Belanda (Majalah Guru, 1931). Kesembilan, Swiss (Ing: Switzerland), nama dalam bahasa Jerman “Schweiz” sementara dalam bahasa Prancis “Suisse”, jadi besar kemungkinan diserap dari Prancis—karena merunut sejarah Prancis pernah melakukan usaha kolonisasi. Perihal ini diperjelas juga dalam esai yang ditulis Pamusuk Eneste menyoal peliknya menulis nama negara ini apakah ditulis satu ‘s’ atau dua ‘ss’? Dalam esainya itu, penulisan negara ini sering merepotkan wartawan, editor/redaktur Lantas, Eneste menyimpulkan bahwa negara ini ditulis dengan dua ‘ss’. Tulisan Adinegoro dalam Ensiklopedi Umum dalam Bahasa Indonesia turut menyimpulkan dengan menggunakan kata Swiss sebanyak 26 kali pada buku itu. Kesepuluh, Amerika Serikat (Ing: USA—United State of America) besar kemungkinan dari bahasa Belanda “Amërika”. Sebelumnya “United Colonies”, namun 9 September 1776 berganti “United State of America” tepat dua bulan pascamerdeka. Untuk menyetarakan penyebutan negara Paman Sam tersebut, bahasa Indonesia telah mengaturnya dalam sistem pembentukan kalimat, salah satunya aturan pembalikan (inversion rules), maka suatu alasan kenapa USA menjadi “Amerika Serikat” bukan “Serikat Amerika.” Perihal ini sama dengan penamaan (Ing: South Korea/Korea Republic) menjadi Korea Selatan dan (Ing: Saudi Arabia) setelah diselaraskan berubah Arab Saudi.

Selain persoalan kaidah serapan serta etimologi, kadang para suporter sepak bola Indonesia terlalu awam ketika membicarakan negara Portugal. Banyak menjustifikasi Portugal itu sama saja dengan Portugis, kadang pula mempertimbangkan bahwa Portugis penamaan sebelum Indonesia merdeka sementara Portugal pascamerdeka. Padahal dua penamaan itu pemaknaanya berbeda. Indonesia menyebut negara yang terletak di Eropa Barat Daya, beribu kota Lisboa ini adalah Portugal, sementara Portugis merujuk penduduk negara Portugal, sama halnya dengan Tiongkok; Tionghoa (sumber: KBBI pemutakhiran Oktober 2022). Sebagai tambahan acuan pemahaman ini mengenai penyebutan kebangsaan dan orang berdasarkan negara melalui https://www.englishclub.com/vocabulary/world-countries-nationality.php.

Saussure pernah mengatakan bahasa itu bersifat arbitrer—manasuka. Namun, ada pengecualian apa yang dinamakan onomatope yakni peniruan bunyi yang diasosiasikan dengan benda atau perbuatan itu. Peniruan itu kemudian diwujudkan dalam kesepakatan—hampir sama dengan konsep konvensi bahasa yang pernah diungkapkan Gorys Keraf. Onomatope seperti yang dipaparkan Harimurti kridalaksana mencerminkan relasi alamiah sehingga bahasa tidak selamanya arbitrer. Oleh karena itu, ada aturan tersendiri bagaimana nama negara-negara di dunia di tinjau dari segi kebahasaan Indonesia.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.