oleh

Rubrik Alinea Riau Pos Edisi 26 Februari 2023 -Bahasa Melayu: Asal, Sebaran, dan Tantangan (Bagian 1)

Bahasa Melayu: Asal, Sebaran, dan Tantangan (Bagian 1)

Yalta_Jalinus

Oleh:

Yalta Jalinus, M.Pd.

(Penerjemah Ahli Muda Balai Bahasa Provinsi Riau)

 

 

 Bahasa adalah alat komunikasi yang paling ampuh  untuk mengungkapkan buah pikiran, pesan, dan media untuk berinteraksi sesama manusia. Melalui bahasa kita bisa mengidentifikasi  satu suku atau bangsa, mengenal  kelompok masyarakat, bahkan mengenali perilaku dan kepribadiannya. Setiap etnis atau suku-suku senantiasa memelihara budaya dan bahasa mereka dalam ekspresi kehidupan sehari-hari.

Bahasa daerah atau bahasa ibu adalah bahasa yang dipakai sebagai sarana komunikasi keluarga dan suku tertentu, juga sebagai sarana perhubungan dan pendukung kebudayaan di daerah atau di dalam masyarakat etnik tertentu di Indonesia. Dalam rumusan seminar Politik Bahasa tahun 1999 disebutkan bahwa bahasa daerah berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah, lambang identitas daerah, dan alat perhubungan di dalam keluarga.

Bahasa Melayu merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang jumlah penuturnya cukup besar. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa ibu oleh suku Melayu, terutama yang tinggal di Provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, sebagian di Kalimantan, Maluku, dan di daerah-daerah lain di Nusantara. Selain itu, persebaran bahasa Melayu tidak hanya di Kepulauan Nusantara saja, tetapi juga digunakan di Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Thailand, dan lain-lain. Bahasa ini juga dipakai di semua pusat perdagangan utama di Kepulauan Nusantara. Adelaar (1994:1) menerangkan bahwa bahasa Melayu termasuk kelompok bahasa Melayik yang di dalamnya mencakupi bahasa Minangkabau dan bahasa Kerinci.

Pemakaian dan persebaran bahasa Melayu yang begitu luas salah satunya disebabkan oleh penggunaan bahasa Melayu para pedagang dan pelaut Nusantara dalam berkomunikasi  dengan penutur yang berbeda bahasa di Nusantara, seperti dengan penutur bahasa Aceh, Batak, Jawa, Bugis, dan lain-lain. Selain menjadi bahasa penghubung antara suku-suku, bahasa Melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di kawasan Kepulauan Nusantara yang digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing, Bahasa Melayu dikenal sederhana dan mudah dipelajari karena dalam bahasa Melayu tidak dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus). Bentuk bahasa Melayu sehari-hari yang sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar sangat lentur, sebab sangat mudah dimengerti, ekspresif, dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para penggunanya.  Dalam bentuk yang lebih resmi, bahasa Melayu mengenal bahasa Melayu Tinggi yang berbeda dengan bahasa Melayu Pasar. Bahasa Melayu Tinggi pada masa lalu hanya digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaya Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif bahasa Melayu Pasar. Luasnya pemakaian bahasa Melayu ini merupakan salah satu penyebab munculnya berbagai varian atau dialek Melayu, di antaranya dialek Riau, Jambi, Palembang, Kubu, Betawi, Melayu Loloan, dan lain-lain.

Sebagai salah satu dari ratusan bahasa daerah yang ada di Indonesia, bahasa Melayu menjadi salah satu bahasa terpenting, tidak hanya di Indonesia, tetapi  juga merupakan bahasa yang memiliki prestise di kawasan Asia Tenggara. Tidak mengherankan jika bahasa Melayu telah mempertahankan kedudukannya sebagai bahasa yang paling berpengaruh di Asia Tenggara dan satu dari lima bahasa dunia yang mempunyai jumlah penutur terbesar. Di samping itu, bahasa Melayu merupakan bahasa nasional satu-satunya dari empat negara: Indonesia, Brunei, Malaysia dan Singapura. Sementara itu, penutur minoritas bahasa Melayu berada di Thailand, Birma, Srilangka, Australia dan Belanda.

Bahasa Melayu merupakan anggota terpenting dari rumpun Austronesia. Tidaklah berlebihan jika bahasa Melayu dipelajari di tingkat universitas di delapan negara Eropa dan dua negara di Amerika Utara, Beijing, Bangkok, Kazakhstan, Osaka, Auckland, Pusan, Tasmania, dan Cebu. Komunitas sarjana internasional yang mengkhususkan diri pada  bahasa Melayu antara lain penduduk Italia, Tanzania, Estonia, Israel, India, Republik Ceko, Swiss, Negeri Belanda, Rusia, Irlandia, Jerman, Taiwan, Finlandia, Thailand, Perancis, dan ratusan sarjana Asia Tenggara.

Sejarah Persebaran Bahasa Melayu

Perkembangan riset ilmiah pada kajian linguistik khususnya bahasa Melayu banyak dilakukan oleh beberapa pakar, diantaranya Adelar, Colins dan tokoh linguistik historis lainnya. Para tokoh tersebut menyatakan bahasa Melayu adalah salah satu dari bahasa Austronesia yang penuturnya berasal dari Taiwan. Penuturnya para petani pengarung samudra bermigrasi ke arah selatan melalui Filipina dan sebagian ke arah selatan mendiami puluhan ribu pulau di Asia Tenggara. Bahasa Austronesia yang terdiri atas seribu bahasa digunakan mulai dari pantai Afrika di Madagaskar sampai ke pulau-pulau di Amerika, Rapanuli (Alaska dan Cili), daerah pegunungan di Taiwan sampai ke puncak vulkanik bersalju di Taiwan. Dari ribuan varian bahasa Austronesia purba, penutur bahasa Melayu Purba di Kalimantan Barat yang menjadi nenek moyang dari semua dialek bahasa Melayu yang ada dan yang sudah punah. Bagaimana dengan pola persebarannya? Penutur bahasa Melayu Purba sekitar tahun 100 M menyeberangi Laut Cina  Selatan melalui Puau Tambela dan Riau ke Sumatra kemudian ke ujung selatan benua Asia yang disebut dengan Semenanjung Malaysia. Berdasarkan pola persebaran atau perpindahan penduduk yang dijelaskan di ataslah yang disepakati oleh sebagian besar ahli terkemuka dalam bidang arkeologi Austronesia dan linguistik komparatif tentang asal bahasa Melayu.

Bahasa Melayu yang menjadi cikal bahasa Indonesia, kesejarahannya diperdebatkan oleh para linguis, pembuat kebijakan, dan pemerhati bahasa. Hal ini disebabkan karena bahasa Melayu adalah bahasa daerah yang memegang peranan penting dalam sejarah kebahasaan Indonesia dan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana tersirat dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Di dalam sejarah manusia, pemilihan suatu bahasa sebagai lingua franca, bahasa perantara  bagi orang yang berbeda latar belakang bahasa dan budaya (culture and linguistic), bahasa kebangsaan, dan bahasa internasional tidak pernah ditentukan oleh pertimbangan linguistik, logika atau estetika tetapi selalu oleh patokan politik, ekonomi, dan demografi. Sebagai contoh, dialek kota Athena misalnya menjadi bahasa utama pada pusat pemerintahan dan kebudayaan orang Yunani sebelum datangnya kekuasaan Romawi menjadi bahasa umum bersama (Koine) yang menggantikan dialek Yunani yang lain.

Bagaimana dengan bahasa Melayu Riau yang dituturkan oleh mayoritas penduduk di Provinsi Riau dan di Kepulauan Riau? Bahasa Melayu tersebut merupakan varian atau dialek  dari puluhan varian bahasa Melayu seperti halnya bahasa Ancalong Kutai, Bacan Lawas,  Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Betawi, Minang, dan lain-lain. Bahasa Melayu di Riau sekarang telah tumbuh menjadi bahasa modern yang dituturkan oleh penutur modern dan terdidik.

(bersambung)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.