oleh

Rubrik Alinea Riau Pos Edisi 9 April 2023 – Gerakan Bersama Menggiatkan Literasi dari Elemen Terkecil

Gerakan Bersama Menggiatkan Literasi dari Elemen Terkecil

Oleh : Minarni

(Kepala Perpustakaan SMAN IT Syech Walid Thaib Shaleh Indragiri

&

 Pendiri TBM Harapan Gemilang)

 

Menurunnya skor membaca siswa Indonesia dari penilaian yang dilakukan oleh  PISA (Programme for International Student Assesment) pada tahun 2018 dibanding 2015 menjadi tamparan keras bagi seluruh elemen bangsa ini. Skor membaca siswa Indonesia pada tahun 2015 berada pada 397 poin dengan peringkat 66 dari 72 negara. Pada tahun 2018, skor membaca siswa menurun dan mencapai angka terendah, yaitu dengan skor 371. Menurut OECD (Organization of Economic Cooperation and Development), 7 dari 10 siswa usia 15 tahun memiliki tingkat literasi membaca masih di bawah kompetensi minimal. Mereka hanya mampu mengidentifikasi informasi rutin dari bacaan pendek serta prosedur sederhana. Bahkan hanya 1 dari 30 siswa yang mampu menjawab dengan benar soal yang berisi diagram atau peta serta teks berbasis digital. Dengan skor tersebut, Indonesia berada di urutan ke-71 dari 77 negara di dunia yang mengikutinya.

Sejak  tahun 2016, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Gerakan ini merupakan langkah untuk memperkuat sinergi antarunit utama pelaku gerakan literasi dengan menghimpun semua potensi dan memperluas keterlibatan publik dalam menumbuhkembangkan dan membudayakan literasi di Indonesia. Muara dari giat ini diharapkan dapat meningkatkan skor penilaian literasi dari penilaian PISA dan menjadi salah satu indikator jati diri dan daya saing bangsa. PISA merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari beberapa negara yang mengikutinya di seluruh dunia. Penilaian per tiga tahun ini menilai siswa berusia 15 tahun yang dipilih secara acak untuk mengikuti tes dari tiga kompetensi dasar, yaitu membaca, matematika, dan sains.

Apakah Gerakan Literasi Nasional (GLN) tidak berhasil?

Sebagai sebuah kompetensi dalam kemampuan literasi yang dimulai dari gemar membaca, GLN tidak dapat diraih secara instan melainkan membutuhkan waktu dan gerakan yang komprehensif. GLN digagas seyogyanya tidak hanya menjadikan pemerintah sebagai penanggung jawab, tetapi juga mengharapkan semua pemangku kepentingan termasuk orang tua, dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi sosial, pegiat literasi dan masyarakat untuk turut serta dalam menyukseskan budaya literasi. Memang tidak mudah untuk membuat semua pihak bisa bersinergi, bahu membahu merasa memiliki andil dan tanggung jawab bersama. Meskipun demikian, upaya paling mendesak dan pertama yang harus dilakukan ialah melalui peningkatan keterampilan guru SD dalam mengajar membaca sebab keterampilan membaca siswa berkembang di masa awal duduk di bangku SD. Meskipun dunia pendidikan dituntut banyak melakukan perbaikan, seharusnya tidak hanya dunia pendidikan yang sifatnya persekolahan (formal) yang menanggung semua beban. Sebab, beban memperbaiki bangsa ini adalah beban bersama semua pihak dari semua elemen. Apalagi jika banyak orang tua yang melempar tanggung jawab dan menganggap 100% anak sudah ditangani di sekolah.

Sambil menunggu hasil tes PISA 2022 yang akan dirilis tahun 2023 ini (penilaian mundur dari yang seharusnya dilakukan 2021 akibat adanya pandemi Covid-19), kita tentu tidak boleh mengendurkan semangat GLN jika memang skor tahun 2022 meningkat, begitu juga sebaliknya. Gerakan literasi ini harus dimulai sejak dini dan bisa dimulai dari elemen terkecil dan paling mendasar bangsa ini, yakni keluarga. Mengapa keluarga? Keluarga adalah lembaga informal paling penting dalam pembentukan karakter sejak dini. Orang tua hendaknya tidak membebani sekolah khususnya guru sebagai pihak yang 100% bertanggung jawab terhadap kemampuan literasi siswa. Gerakan literasi keluarga ini bisa dimulai dengan kegiatan membaca bersama, menyediakan buku/bahan bacaan yang menarik, menjadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan rutin keluarga, dan orang tua menjadi teladan membaca bagi anak.

Kegiatan membaca bersama dapat dilakukan dengan membaca buku secara bersama dengan buku masing-masing. hal ini bisa dilakukan jika anak telah memiliki kemampuan membaca yang cukup. Jika belum, orang tua dapat melakukannya dengan membaca salah satu bagian buku lalu anak diminta untuk membaca kelanjutan buku tersebut atau bisa juga anak diminta untuk menceritakan kembali bacaan yang telah ia dengar. Saat anak diajak untuk mengomunikasikan bacaan yang telah didengar, di sini anak telah berlatih memahami, menghubungkan, dan menggabungkan informasi.

Di rumah hendaknya orang tua menyediakan bahan bacaan yang menarik bagi anak berupa koran, majalah, atau buku sesuai minat anak. Jika tidak memungkinkan untuk membeli, orang tua dapat mengajak anak untuk datang dan meminjam di perpustakaan atau taman/rumah baca yang ada di area terdekat. Kini perpustakaan atau taman/rumah baca telah menjangkau hingga ke pelosok desa meski dengan koleksi yang masih terbatas. Sumber bahan bacaan kini juga semakin beragam dengan tersedianya aplikasi-aplikasi dan bahan bacaan daring Orang tua bisa mengunduh bahan bacaan buku-el atau mencari aplikasi penyedia bahan bacaan gratis dan berkualitas, seperti aplikasi Halo Bahasa, iPusnas, Let’s Read, Google Play Books, Amazon Kindle, dan lain-lain.

Menjadikan kegiatan membaca sebagai kegiatan rutin keluarga dengan mengalokasikan waktu tertentu, misalnya 15 menit saat sore hari atau 15 menit setelah magrib juga menjadi cikal-bakal gerakan literasi keluarga. Waktunya bisa disesuaikan dengan agenda masing-masing keluarga. Jika sudah terbiasa dan konsisten alokasi waktu, pelan-pelan ditingkatkan lebih lama sesuai kebutuhan.

Menjadi teladan membaca bagi anak menjadi keharusan bagi orang tua. Sebagai orang tua , setiap sikap dan perilaku yang ditunjukkan akan menjadi contoh nyata bagi anak. Jika ingin anak gemar membaca, hendaknya orang tua dapat menjadi figur gemar membaca bagi mereka. Akhirnya, untuk memperoleh hasil luar biasa, diperlukan gerakan bersama dari semua elemen dan elemen yang paling penting dan mendasar itu adalah keluarga.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.